Selasa, 13 Januari 2009

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

BEBERAPA MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


A. Pendahuluan
Selama bertahun–tahun telah banyak diteliti dan diciptakan bermacam-macam pendekatan mengajar. Pendekatan pengajaran yang diuraikan di dalam makalah ini didasarkan pada konsep model pengajaran yang pada awalnya dikembangakan oleh Bruce dan koleganya (Joyse, weill, da Showers, 1992). Joyse, weill, da Showers (1992) memberi nama tiap-tiap pendekatan suatu model pengajaran, meskipun salah satu dari beberapa istilah lain, seperti strategi pengajaran, metode pengajaran, atau prinsip pengajaran, telah digunakan. Istilah dipilih oleh Joyse, Weil, dan Showers digunakan untuk dua alasan penting.
Pertama, istilah mempunyai makna yang lebih luas dari pada suatu strategi, atau prosedur. Seperti yang telah digunakan disini istilah model pengajaran mencakup suatu pendekatan pengajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya, problem-based model of instruction (model pengajaran berbasis permasalahan), meliputi kelompok-kelompok kecil siswa bekerjasama memecahkan memecahkan suatu masalah yang telah disepakati bersama. Dalam model ini, siswa sering kali menggunakan bermacam-macam keterampilan dan prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Jadi, suatu model pengajaran dapat menggunakan sejumlah keterampilan metodologis dan prosedural, seperti merumuskan masalah, mengemukakan pertanyaan, melakukan penelitian, berdiskusi dan memperdebatkan temuan, bekerjasama secara kolaburatif, menciptakan karya seni, dan melakukan presentasi.
Istilah model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Kedua, model pengajaran dapat berpungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan adalah tentang mengajar di kelas, mobil, atau praktek mengawas anak-anak. Model pengajaran diklasifikasiakan berdasarkan tujuan pembelajaranya, sintaksnya (pola urutan), dan sifat lingkungan belajarya. Penggunaan model pegngajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain.
Sintaks suatu model pengajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks pembelajaran menunjukan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa, urutan kegiatan-kegiatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan oleh siswa.
Sintaks dari bermacam-macam model pengajaran mempunyai komponen-komponen yang sama. Misalnya, boleh dikatakan bahwa semua pembelajaran diawali denag menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Demikian pula, setiap model pengajaran selalu mempunyai tahap “ menutup pembelajaran “ yang berisi merangkum pokok-pokok pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Namun, sintaks yang satu dengan yang lainnya juga mempunyai perbedaan. Misalnya, urutan tahap-tahap kegiatan pada pengajaran langsung berbeda dengan yang terdapat pada pembelajaran kooperatif. Perbedaan-perbedaan inilah, terutama yang berlangsung diantara pembukaan dan penutupan pembelajaran, yang harus dipahami oleh para guru jika model-model tersebut ingin dapat dilaksanakan dengan berhasil.
Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Belajar secara kooperatif, misalnya, memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel yang meliputi tersedianya meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Sebaliknya, kebanyakan pegajaran langsung dapat berjalan dengan optimal apabila para siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru, yang sering kali berdiri di dekat papan tulis. Pada pengajaran langsung, siswa perlu tenang dan memperhatikan uraian serta segala sesuatu yang dilakukan oleh guru. Pada belajar kooperatif, para siswa perlu berkomunikasi antara yang satu dengan yang lainnya.
Arends dan para pakar pembelajaran yang lain, berpendapat bahwa tidak ada model pengjaran yang lebih baik daripada model pegajaran yang lain. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pengajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sangat beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini.
Tidaklah cukup bagi guru hanya menggantungkan diri pada satu pendekatan atau metode pembelajaran. Bermodalkan kemampuan melaksanakan berbagai model pengajaran, guru dapat memilih model yang sangat baik untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu atau yang sangat sesuai dengan lingkungan belajar atau sekelompok siswa tertentu. Lagi pula, model berbeda dapat digunakan secara bersama. Misalnya, seorang guru dapat menggunakan pengajaran langsung untuk mengajarkan materi atau keterampilan baru, kemudian diikiuti oleh diskusi kelas untuk melatih siswa berpikir tentang tofik tersebut, lalu membagi siswa menjadi kelompok-kelompok belajar kooperatif, untuk menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya dengan membangun pemahamannya sendiri tentang materi pelajaran.
Menguasai sepenuhnya model-model pengajaran yang banyak diterapkan merupakan proses belajar seumur hidup. Model pengajaran yang dimaksud ialah pengajarn langsung, belajar secara kooperatif, dan pengajaran berdasarkan masalah. Jika dipelajari dengan baik model-model pengajaran ini akan memenuhi kebutuhan para guru pada awal karir mengajarnya. Guru yang kreatif akan mengadaptasi model tersebut agar sesuai dengan situasi pembelajaran yang dihadapi. Tetapi perlu diingat, apabila seorang guru terlalu menyimpang dari suatu sintaks model atau lingkungan belajar yang diperlukan, dia tidak lagi menggunakan variasi dari model tersebut, dan tujuan pembelajarn yang dikehendaki mungkin sekali tidakakan tercapai.

B. Beberapa Model Pembelajaran
1. Pengajaran Langsung (Direct Intruction)
Pengajaran langsung merupakan suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pengajaran langsung, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah. Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.
a. Landasan Teoritik
Model Pengajaran Langsung bertumpu pada prinsif-prinsif psikologi perilaku dan teori belajar sosial, khususnya tentang pemodelan. Teori belajar sosial tentang pemodelan tingkah laku itu dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurutnya, belajar yang dialami manusia sebagian besar diperoleh dari suatu pemodelan, yaitu meniru perilaku dan pengalaman (keberhasilan dan kegagalan) orang lain.
b. Tujuan Hasil Belajar
Sebagian besar tugas guru ialah membantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Guru juga membantu siswa untuk memahami pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu.
Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Menghapal hukum atau rumus tertentu dalam bidang strudi matematika merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana. Sedangkan, bagaimana cara mengoperasikan alat ukur dalam matematika merupakan contoh dari pengetahuan prosedural. Dalam banyak hal, penguasaan terhadap pengetahuan dasar prosedural dan deklaratif terdiri atas penguasaan kegiatan khusus dan kegiatan berurutan.
Selain model pengajaran langsung efektif untuk digunakan agar siswa menguasai suatu pengetahuan prosedural untuk pengetahuan deklaratif sederhana, model ini juga efektif untuk mengembangkan keterampilan belajar siswa. Beberapa keterampilan belajar siswa yang harus dikembangkan seperti menggarisbawahi, membuat catatan, dan membuat rangkuman.
c. Tingkah Laku Mengajar (Sintaks)
Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan pekerjaan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran dari guru.
Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesemparan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Rangkuman kelima fase tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.













TABEL 1
SINTAKS MODEL PENGAJARAN LANGSUNG


FASE-FASE
PERILAKU GURU
Fase 1.
Menyiapkan tujuan dan mempersiapkan siswa Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2.
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan baru Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3.
Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4.
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan baik Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberikan unpan baik.
Fase 5.
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

d. Lingkungan Belajar Dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelasaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama. Demonstrasi dan jadwal pelatihan juga harus direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (Tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan belajar berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif merupaka suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran.
a. Landasan Teoritik
Model Pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktifis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotshy, yaitu tentang penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Dia yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap kedalam individu tersebut. Implikasi dari teori Vygotsky ini dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif. Penerapan model pembelajaran kooperatif ini juga sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsif-prinsif CTL yaitu tentang learning community.
b. Tujuan Hasil Belajar Siswa
Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa-siswa yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini melalui penggunaan pembelajaran kooperatif.
Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keunggulan baik pada siswa kelompok bawah maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa sekelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa sekelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat didalam materi tertentu.
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperetif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam.
Semetara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekerja dalam situasi kooperatif.
c. Keterampilan Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilaan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibagun dengan mengemangkan komunikasi antara anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan denga membagi tugas antar kelompok selama kegiatan.
Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal, meliputi:
a. menggunakan kesepakatan
b. menghargai konstribusi
c. mengambil giliran dan berbagi tugas
d. berada dalam kelompok
e. berada dalam tugas
f. mendorong partisipasi
g. mengundang orang lain untuk berbicara
h. menyelesaikan tugas pada waktunya
i. menghormati perbedaan individu
2. Keterampilan Kooperatif Tingkat Menengah, meliputi:
a. menunjukan penghargaan dan simpati
b. mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima
c. mendengarkan dengan aktif
d. bertanya
e. memuat ringkasan
f. mengatur dan mengorganisir
g. menerima tanggung jawab
h. mengurangi ketegangan
3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi:
a. mengelaborasi
b. memeriksa dengan cepat
c. menayakan kebenaran
d. menetapkan tujuan
e. berkompromi
d. Tingkah Laku Mengajar (sintaks)
Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi; seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokan kedalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
Enam tahap pelajaran kooperatif itu dapat dilihat pada table 2.
TABEL 2
SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


FASE-FASE
TINGKAH LAKU GURU

Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi belajar siswa.
Fase 2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

e. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menerapkan suatu struktur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namun siswa diberikan kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu dalam kelompoknya. Jika pelajaran pembelajaran kooperatif ingin menjadi berhasil, maka materi pembelajaran yang lengkap harus tersedia di ruang guru atau di perpustakaan atau di pusat media. Keberhasilan juga menghendaki syarat dari menjauhkan kesalahan tradisional, yaitu secara ketat mengelola tingkah laku siswa dalam kerja kelompok.
Selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan kemampuan untuk membantu teman.

3. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
Secara garis besar PBI terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Peranan guru dalam PBI adalah mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan dialog siswa, serta mendukung belajar siswa. PBI diorganisasikan di sekitar situasi kehidupan nyata yang menghindari jawaban sederhana dan mengundang berbagai pemecahan yang bersaing. Adapun ciri-ciri utama PBI meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, suatu pemusatan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja sama, serta menghasilkan karya dan peragaan.
a. Landasan Teoritik
Model pengajaran ini sangat efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi, membantu siswa memproses informasi yang telah dimilikinya, dan membantu siswa membangun sendiri pengetahuannya tentang dunia sosial dan fisik di sekelilingnya. Pengajaran berdasarkan permasalahan bertumpu pada psikologi kognitif dan pandangan para konstruktivis mengenai belajar. Model pengajaran ini juga sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip CTL, yaitu inkuiri, kontruktivisme, dan menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi.
b. Tujuan Hasil Belajar Siswa
PBI tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. PBI utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.
c. Tingkah Laku Mengajar (Sintaks)
PBI biasanya terdiri dari lima tahap utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Jika jangkauan masalahnya tidak terlalu kompleks, maka kelima tahapan tersebut mungkin dapat diselesaikan dalam waktu dua sampai tiga kali pertemuan. Namun untuk masalah-masalah yang kompleks mungkin akan membutuhkan setahun penuh untuk menyelesaikannya. Kelima tahapan dapat dilihat pada tabel 3.















Tabel 3
SINTAKS MODEL PENGAJARAN BERDASARKAN PERMASALAHAN


FASE-FASE

TINGKAH LAKU GURU
Fase 1
Orientasi siswa kepada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
Fase 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

d. Lingkungan Belajar Dan Sistem Pengelolaan
Tidak seperti lingkungan belajar yang terstruktur secara ketat yang dibutuhkan untuk pelajaran langsung penggunaan yang hati-hati kelompok kecil pada pembelajaran kooperatif, lingkungan belajar dan system managemen pada PBI dicirikan oleh: terbuka, proses demokrasi, dan peran siswa aktif. Dalam kenyataan, keseluruhan proses membantu siswa untuk menjadi mandiri, siswa yang otonom yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri memerlukan keterlibatn aktif dalam lingkungan berorientasi inquiri yang aman secara intelektual. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran PBI yang terstruktur dan dapat diprediksi, norma di sekitar pelajaran adalah norma inquiri terbuka dan bebas mengemukakan pedapat. Lingkungan belajar menekankan pada peranan sentral siswa bukan guru.

C. Strategi-Strategi Belajar
1. Pengertian Strategi-strategi Belajar
Strategi belajar atau strategi kognitif merupakan alat untuk membantu siswa belajar dengan kemampuannya sendiri. Proses ini digunakan untuk membantu siswa “belajar bagaimana belajar”, yaitu bagaimana memahami, menyimpan, dan mengingat kembali keterampilan dan informasi.
2. Tujuan Pengajaran Strategi Belajar
Tujuan utama mengajar strategi belajar adalah untuk menghasilkan pebelajar yang dapat mengendalikan diri sendiri, yang didefinisikan sebagai individu yang dapat: 1) secara teliti mengdiagnosis suatu situasi pembelajaran tertentu, 2) memilih suatu strategi belajar untuk memecahkan suatu masalah belajar yang dihadapi, 3) memonitor keefektifan strategi tersebut, dan 4) cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi pembelajaran sampai tuntas.
3. Landasan Teoritik
Dukungan teoritis untuk strategi-strategi belajar terutama berasal dari teori pemprosesan informasi. Teori tersebut menekankan pentingnya pengetahuan awal dalam belajar. Landasan teoritik strategi belajar ini adalah teori pemprosesan informasi yang bersandar pada pemprosesan sebuah komputer sebagai sebuah analog untuk menjelaskan bagaimana otak bekerja.
Pengorganisasian awal merupakan suatu alat mengajar yang digunakan untuk mengaktifkan skemata di dalam memori jangka panjang yang berhubungan dengan informasi baru yang akan dipelajari. Karena lingkungan terdiri dari banyak rangsangan dan karena memori jangka pendek terbatas, membuat siswa tertarik kepada suatu pengetahuan tertentu adalah penting apabila dikehendaki pelajaran yang berhasil. Bagaimana cara untu membangkitkan perhatian siswa tersedia untuk menjadikan pelajaran berhasil.
4. Jenis-jenis Strategi Belajar
Strategi-strategi belajar dapat dibagi menjadi empat kateori, yaitu:
a. Strategi pengulangan
Strategi pengulangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu strategi pengulangan sederhana terdiri dari pengulangan informasi secara verbal dan strategi pengulangan kompleks terdiri dari penambahan sesuatu yangbermakna pada pengulangan verbal dan memerlukan upaya lebih jauh dari sekedar mengulang informasi.
b. Strategi elaborasi
Untuk membantu dalam proses pengembangan makna informasi baru dengan penambahan rincian dari penemuan hubungan-hubungan.
c. Strategi organisasi
Untuk meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan pembelajaran baru dengan menerapkan struktur pengorganisasian baru pada ide-ide sederhana dan kompleks
d. Strategi metakognitif
Berhubungan dengan berpikir siswa dengan berpikirnya sendiri dari kemampuannya untuk memonitor proses-proses kognitif.










D. Ikhtisar dan Perbandingan Model-model Pengajaran
Ciri-ciri Pengajaran Langsung Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Berdasarkan Masalah Strategi-strategi Belajar
Landasan Teori Psikologi perilaku, teori belajar sosial Teori belajar sosial, konstruktivis Teori kognitif, teori konstruktivis Teori pemprosesan informasi
Pengembangan Teori Bruner, Skiner Dewey, Vygotsky, Slavin, Piaget Dewey, Vygotsky, Piaget Bruner, Ausubel, Vygotsky,
Hasil Belajar Pengetahuan deklaratif dasar, keterampilan akademik Keterampilan akademik dan sosial Keterampilan akademik dan inquiri Keterampilan kognitif dan metakognitif
Ciri Pengajaran Prestasi dan demokrasi yang jelas dari materi ajar, analisis tugas dan tujuan perilaku Kerja kelompok dengan ganjaran kelompok dan struktur tugas Proyek berdasarkan inquiri yang dikerjakan dalam kelompok Pengajaran esiprokal
Karakteristik Lingkugan Terstruktur secara ketat, lingkungan berpusat pada guru Fleksibel demokratik, lingkungan berpusat pada guru Fleksibel, lingkungan berpusat pada inquiri Reflektif, menekankan pada belajar bagaimana belajar

Tidak ada komentar: